Contoh puisi Keren – Puisi merupakan sebuah bentuk karya sastra yang terikat oleh irama, rima serta penyusun bait dan baris yang gaya bahasanya terlihat indah dan penuh makna. Puisi terbagi kedalam dua golongan, yaitu puisi lama dan puisi modern.
Salah satu ciri puisi lama yaitu masih terikat dengan jumlah baris, bait, maupun rima, sedangkan puisi lama merupakan pantun dan syair. Puisi modern juga tidak terikat dengan bait, jumlah baris, ataupun rima dalam penulisannya. Sehingga puisi modern disebut juga dengan puisi bebas.
Berikut akan disajikan beberapa contoh Puisi keren yang sedih, galau, sahabat, romantic, cinta dan sebagainya.
Puisi-puisi ini merupakan hasil karya saya dan sahabat, semoga menginspirasi teman-teman semua.
CONTOH PUISI CINTA | CONTOH PUISI KEREN
1. Sang Pengagum Rahasia
Jika engkau telah datang
Dan binar senyummu mulai mengembang
Tiap kali itu pula
Sepasang mata ini menatap senyum itu
Menatap senyum yang selalu ada
Menatap senyum yang tidak pernah berubah
Dan menatap senyum yang selalu menghiasi wajah teduhmu
Engkau tersenyum singkat
Tanpa sadar membuatku
Juga mengangkat sudut-sudut bibir membentuk seulas senyum untukmu
Menatapku dengan mata coklat itu
Membuat wajah ini jadi tersipu malu
Kau tau?
Diri ini mulai terhipnotis
Setiap senyum itu menghiasi wajahmu
Membuat jantung ini berdetak dua kali lebih cepat
Kau tau?
Diri ini terpesona akan senyum itu
Senyum yang telah menarikku untuk selalu melihatmu
Senyum yang telah menjebakku untuk masuk keperangkapmu
Dan senyum yang selalu mampu membuat ku untuk tidak berpaling darimu
Kau tau?
Dengan itupula
Bisa membuat sikap ini berubah total
Membuat diri ini salah tingkah
Dan memakan keringat dingin yang mengalir begitu saja
Kau tau?
Detik berikutnya diri ini mulai berfikir dan mulai merasakan
Bahwa senyum itu tidak mungkin bisa selalu menemani hari ini
Karena aku tau kan tidak pernah mungkin selalu memberikan senyum indah itu
Tapi, diriku memohon kepadamu
Untuk tidak melarangmu menatap senyum itu
Biarkan diri ini memerhatikanmu dari kejauhan
Dan izinkanlah diri ini untuk tetap mengagumimu,
Sebisaku…
2.Penantian Tak Bertepi
Dibibir dermaga kau menungguku
Berharap sekiranya hempasan menghantar pesan
Barangkali butir-butir pasir mau mendengarkan ceritamu, sebuah kisah cerita nan menggema dari negeri seberang
Lama kau menunggu Kau sudah biasa dihampiri harapan kosong
Selayar perahu mungkin bisa membawamu berpelisir samudra
Demi menjemput asa diujung nun jauh disana
Lama kau di jemput rindu, menunggu di daun pintu
Setiap kali ia berbisik merayumu untuk menghadang angin
Tatkala kau gusar. dan menyerah alas ekspensinya, kau coba mencibirnya agar ia lekas pergi
“Takkah kau pikir ? aku tak akan pernah dimakan bujuk rayumu?
Biarkan dia bersimpuh diatas tanah lapang di atas pulau, iarkan takdir yang mengantarkan pulang
Lekaslah kau pergi, atau waktu yang akan membunuhmu.“
la menyeretmu keluar, membawamu lari menyusuri arus anak sungai Mengejar angin ke pantai
Tempat air bertemu air
Angin bertemu angin
Samudera bertemu samudera
Menjadikannya seluas mata memandang
Biru dibawah pantulan langit
Dengan lantang kau berkata
”Angin maukah kau membantuku?”
Tiup layar ku maka aku akan pergi
Tiuplah layarku maka aku akan pergi
Tiuplah lebih keras maka aku akan terbang
Bukankah bidadari-bidadari telah diperintah tuhan tuk menghadiahiku selendang kayangan.
Malaikat-malaikat tuhan akan menyuguhiku setetes embun harapan
Demi menapak tilasi semua keinginan
Lelahmu mencari, sampai bulir-bulir peluh itu bosan untuk menetes
Lelahmu menunggu, sampai sepasang kaki itu mau lagi bersila
Masih terlalu cepat untuk kau mengerti Mengapa rasa itu terus bertunas
Walau kau penggal dengan belati Setajam apapun itu, sesering apapun itu
Tetap saja ia akan mekar tanpa dipupuki
Benihnya akan tumbuh tanpa disirami
Lihatlah! Umurmu tak lagi muda
Kilau wajahmu tak lagi memancarkan aura kecantikan
Putih bersihmu kini berubah menjadi hitam legam
Uban meraja dikepalamu, dikelilingi kekeriputan paruh baya
Kini malam semakin larut
Langit kian di bungkus hiasannya didalam orbit
Mata itu. . .
Aku yakin mata sendu itu semakin lelah untuk berkedip Jangan paksakan ia tuk terbuka
Lekaslah kau hampiri seruan malam
Terlelap, terbuai di mimipi-mimpi indah
Tentang penantian, tentang kesetiaan, tentang keikhlasan
Biar lah dijawab oleh sang waktu
Esok pagi ataupun nanti
Takdir akan mempertemukan dengan cinta sejati
Ia akan menggenggam erat tanganmu yang mulai menua dan memberimu sayap untuk terbang
Melepas setiap ingatan yang tak bertepi itu
3. Menghapus Jejak Ku Ini
Sengaja ku biarkan angin berdesir tanpa pesan
Ada yang tertahan dalam hati ini
Rindu yang menderu dan gengsi yang menguasaiku
Sengaja ku hapus jejak ku malam ini
Namun tiada balasan rindu yang kutemui
Kau tetap menikmati malam ini tanpa jejak ku
Sementara aku, menikmati malam dengan sapaan yang tertahan
Aku hanya ingin, kau menitipkan pesan pada desir malam ini
Hanya dingin, dan pekat malam yang kujumpai
Aku menginginkanmu, meski kau tak tau
Jika kau tertidur, izinkan aku merasuki malammu
Akan kusampaikan risalah hati yang tak mampu kuucap
Mungkin di dalam mimpimu, terasa mudah mengungkap
Dengan cara apa, jejak ku akan muncul di benakmu?
Kusadari, menghapus jejakmu sama halnya membuatmu melupakanku
Sementara, masih secuil yang kuperjuangkan
Sayang, pejamkan kelopak matamu
Rasakan tanganku, dan dengarlah suaraku
Aku dan desir angin telah melebur
Hingga kau tak bisa melihatku
Tidurlah sayang, jiwa mu sudah terlalu lelah
Bermimpilah sayang, jika mungkin aku akan hadir di sana
Jangan risaukan jejakku yang hilang
Jika memang aku tidak begitu penting bagimu
Saat kita bertatap muka, akan ada rindu dalam simpul senyumku
Sayang, aku tidak lupa, aku ingat hari ini hari yang penting buatmu
Mungkin sekarang aku tidak berada didepan mata indahmu ltu
Namun, tak nampak itu bukan berarti tak ada kan?
Sinarku yang jauh ini telah dikalahkan oleh sinar yang selalu menemanimu
Izinkan aku menghapus jejak ku ini, jejak yang telah menemanimu selama ini sayang
4. Untuk Sang Bidadari
Langkah terus berjejak
Perjalanan masih panjang
Lembayung dalam mimpimu dan mimpiku
Pasti akan kita temukan
Memang yang selama ini kita takuti menjelma menjadi nyata
Perpisahan,
Kata yang sering ditafsirkan sebagai pembawa duka
Tapi, aku dan seluruh ragaku menyakinkan bahwa
Perpisahan ini bukanlah duka
Perpisahan ini takkan memisahkan kita
Jalan pembuka jembatan akan cita-cita
Kan kutempuh jalan yang berbeda
Demi masa depan
Cita-cita kan kita gapai
Dengan Perjalanan yang panjang
Dan kan kita balaskan jasa mereka
Walaupun setetes keringat yang terurai
Kita pastikan bertemu
Bertemu di tangga kesuksesan
Dan mimpi di tangan demi mereka
Sang bidadari dunia
CONTOH PUISI RINDU
5. Kerinduan | Contoh Puisi Keren
Seiring bergulirnya hempasan waktu,
Hidupku yang terus dinaungi kegelapan nan kelabu
Langit seolah angkuh akan diriku ini..
Angin laut telah merayap halus ditubuhku
Mengguncang, meredam hati yang kian sendu
Desiran daun yang bernyanyi bersama alunan musik sejuk itu
Berasal dari rumah tua tak berpenghuni..
Menyentuh jiwa yang berlabuh bersama malam yang dingin
Ucapan tasbih selalu tergiang melalui bibirku yang kelu
Namun tak satupun makhluk mengerti keadaan malam kelam ini
Rintihan belenggu selalu menghantam, memikul tubuhku yang fana.
Pohon-pohon seakan berjalan mengikuti kepedihan
Malam ini kan kutitipkan salam hangatku untuknya
Melalui semilir angin yang berhembus mesra..
Aku sangat rindu dirinya, seseorang di Negeri seberang.
Sedang menunggu harapan yang panjang.
Sungguh, Berat untuk ku lampiaskan penat ini.
Desa ku yang kudamba
Aku akan kesana!
Tapi, mungkinkah esok kan kujelang?
Hari-hari yang cerah..
Bersama rerumputan hijau yang menari diterpa angin
Menatap langit biru, dan menghirup aroma bunga melati
Menjajal ladang subur nan elok
Memandang indahnya alam, bak pegunungan hijau yang menjulang.
Kan kudaki bukit-bukit terjal, meski nyawa meradang.
Kutuniukkan pada siapapun bahwa aku rindu.
Rindu tanah kelahiranku.
Sampai kapankah terbesit di haluan?
Juta ratapan tersand ung oleh nadi, Dalam hangatnya cinta yang tersisa
Tunggu aku, bersama kicauan burung disana.
Akan ku capai, akan kudapat.
Sampai nanti..
Sampai ku mati.
6. Episode Rindu
Hujan,
Rasa itu bernama rindu..
Rasa Itu yang mengajariku bahwa aku membutuhkan,
Yang selalu menghentak-hentak ingin di sampaikan..
Hujan,
Rindu itu terlampau ada,
Bahkan, terlampau meningkat saat kau hadir..
Episode rindu ini selalu sama,
Dan akan selalu sama
Jika kau menyapa tempat ku berpijak.
Rindu itu bernama kamu, Hujan!
Hujan,
Dia mencintaimu,
Dan oleh sebab itu, sang rindu menguap saat kau kembali..
Dan sampai detik kau pergi,
Aku juga tidak dapat mewadahkan rindu itu.
Ia tak disini,
Tak terjangkau!
Dirinya pergi, menepi bahkan terlampau terbang ke awan,
Mencari sesosok malaikat indah lamnya.,
Meninggalkan sebilah kenangan beserta rasa yang tak berpenghujung,
Dan akan selalu kembali,
Saat kau hadir , hujan,
Episode rindu ini sudah terlampau membeku,
Seolah tak ingin cair bahkan oleh dewa kahyangan sekalipun,
Ia tetap menetap,
Menanti keajaiban di pagi penuh janji kehidupan..
Bolehkah kau kabulkan satu Permintaan ku?
Jika nanti kau basahi tempatnya bernaung,
Sampaikan padanya,
bahwa rasa rindu yang beratas namakan nya itu
masih kerap menghampiriku
7. Ku Coba Gapai Bayangmu
Keheningan malam membuat aku terjerumus kedalam angan-angan yang terlalu dalam
Keheningan malam yang menghipnotis alam bawah sadar dalam kepalan keadaan
Berjuta keping angan dan mimpi telah lama tumbuh dalam hati kecil ini
Angan-angan yang menjadikan hati ini semakin terpuruk akan keadaan
Buih-buih kerinduan telah tersimpan rapat dalam hati ini
Cinta dan rindu pun beradu satu
Wahai sosok yang jauh disana
Dapatkah kamu mendengar teriakan hati kecil ini?
Dapatkah kamu merasakan buih-buih kerinduan ini?
Dapatkah kamu merasakan luapan cinta dan rindu ini?
Malam semakin gelap tiada bintang yang gemerlap
Jalanan yang suram ditemani lampu yang semakin buram
Otak ini semakin kacau untuk memikirkan beban yang ada dalam hati
Bertubi-tubi masalah telah kuhadapi sendiri tanpa kehadiran dirimu
Akankah kau hadir untuk ku?
Wahai sosok yang jauh disana
Bolehkah aku menanyakan kabarmu disana?
Bolehkah aku berbicara denganmu saat ini saja?
Bolehkah aku menatap dan memandangi wajahmu?
Bolehkah aku meluapkan rasa cinta dan rindu ini hanya Padamu?
Izinkan aku berada disampingmu
Wahai sosok yang jauh disana
Maafkan aku yang telah lancang dengan semua keegoisan ku ini
Aku telah berusaha mengabaikan mimpi-mimpi dan ambisi ku
Tapi entah mengapa, aku sulit menghapus namamu dalam benakku ini
Karena namamu selalu ada dalam setiap lantunan doa-doaku
Semua harapan dan luapan hati telah ku serahkan kepada Rabb
Dikala aku ingin menjadi sosok yang tegar, aku tak mampu
Dikala aku ingin merasakan kebahagiaan, aku tak mampu
Akan tetapi, dikala aku merasa ksepian
Aku meluapkan semua kepedihanku dengan rintihan airmata
Kesedihan yang tidak pernah berujung sampai waktu mempertemukan kita
Kamu terlalu jauh untuk ku gapai
Kamu terlalu jauh untuk ku temui
Canda tawa yang pernah kita miliki seakan sirna
Kehidupanku telah terbengkalai dengan keadaan
Akankah kita dipertemukan lagi oleh Rabb?
Bisikan hati ini selalu berteriak memanggil namamu
Wahai sosok yang jauh disana
Adakah aku dalam setiap lantunan doamu?
Adakah aku dalam ingatan mu?
Baca juga: Cerita Pendek Terbaik Tentang Sahabat dan Cinta “Suratan Takdir”
CONTOH PUISI PERSAHABATAN
8 Wahai Engkau Penyejuk Jiwa
Peganglah tangan dan genggam lembut jemariku
Peluklah dalam hangat tubuhku
Apa yang kubisa tanpa dirimu
Tak berarti banyak jika tiada hadirmu
Engkaulah mengapa aku berjalan
Langkahmu lah yang menemani kehidupan
Tawa dan canda yang selalu kau hadirkan
Dirimulah yang melengkapiku wahai teman
Cita ini telah lama kita impikan
Berlalu lah waktu mengitari tujuan
Jauh kita melangkah bersama senyuman
Kini hadirmulah yang selalu kunantikan
Telah lama berlalu saat perpisahan
Kau dan aku berbeda haluan
Tak sama kita melangkah karena impian
Pahamilah ini bukan perbedaan
Mungkin yang selama ini disebut takdir tuhan
Namun yakinlah akan pertemuan
Karena kita berada tetap dalam ikatan
Diriku dan dirimu adalah kehidupan
Jarak bukanlah akhir permasalahan
Jiwa kita telah lama menyatu
Memahami beda isi hatiku dan hatimu
Masih terlintaskah saat pertama bertemu
Kau menyapaku dengan senyuman itu
Uluran tangan yang kau persembahkan
Kau genggam era! tanda persahabatan
Awalnya mungkin kita tak sejalan
Kau dan aku berbeda pemikiran
Seiring hari yang terus berjalan
Pemahaman akan jiwa menuju perpaduan
Saatku terjatuh tanpa kesadaran
Tanganmulah yang pertama mengulurkan
Tetesan kesedihan akan kenyataan
Kau bersihkan dengan segenap ketulusan
Semua janji akan cerahnya masa depan
Secuil kenikmatan dunia yang tersajikan
Atau segala harapan yang bermunculan
Kulalui hanya bersamamu teman
Percayalah dengan semua keyakinan
Bahwa kita takkan pernah terpisahkan
Jiwa ini telah lama menyatu
Dalam kau mengenal siapa aku
Karena dirimu penyejuk jiwaku
Hadir mu lah yang selalu kutunggu
Jika bukan disini lagi kita bertemu
Maka tuhanlah yang lebih tahu
Lama sudah tak kutatap wajahmu
Sadarkah engkau yang selalu kurindu
Jemari ini menulis tentangmu
Sesosok manusia yang memahamiku
Yang telah banyak menunjukkan jalan buatku
Sahabat itu yang biasanya tertulis dilembaran buku
Pahamkah dirimu wahai teman
Cerita kita nyanyian terindah kehidupan
9. Menunggu Yang Tak Pernah Kembali
Mega merah menghiasi langit malam
Dingin angin senja meremukkan tulang
Langit malam mulai tertutup awan hitam
Butiran hujan berlarian turun ke bumi
Tetesan air itu menyebar ke seluruh pemukaan alam
Berjatuhan diatas rerumputan yang sedang menari indah
Tanah yang kering menjadi basah
Basahi segala yang terhampar di pemukaan
Malam yang kelabu menjadi begitu dingin
Dingin yang begitu menusuk tulang Hangat,
Kehangatan yang selalu ada
Disaat hati mulai gundah
Ketika tangan tak dapat merengkuh
Dan kakipun tak lagi dapat melangkah
Aku rindu padanya
Pada seorang yang dapat melindungiku
Menemaniku dalam kesepian
Meggantikan kesedihan menjadi sebuah kebahagiaan
Yang mengubah duka menjadi suka
Yang dapat menghiburku dan dapat memperbaiki perangai buruk kuu
Kenyataan tak seindah harapan
Kau disana, dalam kebahagiaan yang indah
Sedangkan disini,
Aku dalam sunyi sendiri yang berteman sepi
Lelah,
Menungggu, seorang yang kunanti
Seorang yang takkan pernah terganti
Dan mungkin takkan pernah kembali
Kerinduanku padamu takkan pernah bisa terobati
Seorang yang sering kupanggil dengan sebutan
“SAHABAT”
10. Kasih Sayang Untukmu Sahabat
Berawal dari tetesan tinta pena ini
Aku menulis untukmu sahabat
Menuangkan perasaanku yang mungkin
Tak pernah ku ungkapkan untukmu
Dan yang mungkin aku isyaratkan dengan Sikap-sikapku selama ini
Walau mungkin kau tak menyadari itu
Sahabat
Disaat kau berdiri didalam keramaian
Sebenarnya aku ada dalam keramaian itu Ada untuk menemanimu
Meskipun kau tak menyadari itu
Sahabat
Disaat semuanya menyalahkanmu
Disaat waktu mulai mendesakmu
Disaat situasi mulai menyiksamu
Lihatlah, Aku ada di sini
Ada untuk membelamu
ada untuk mengisi waktumu yang selama ini mendesakmu
Ada untuk meredakan situasi yang selama ini menyiksamu
Sahabat
Jika suatu saat nanti
Disaat jantungku lak berdetak lagi
Disaat nadiku tak berdenyut lagi
Aku menharapkan namaku aku selalu ada dihatimu
Dan disaat kertas kuning melambai-lambai dirumahku
Aku harap kau datang bukan dengan sebuah tangisan
Tapi dengan kebahagiaan yang selama ini kira rasakan
Sahabat
Yakinlah,
Hatiku ada untukmu
Kasih sayang ini tak akan terhapus oleh waktu
Dan kita akan selalu bersama
Ingatlah,
Aku orang yang menyayangimu
Sadarlah, Aku ada untuk melakukan itu semua
Dan aku tak pernah peduli kau menyadarinya atau tidak Sahabat
Mungkin aku bukanlah manusia yang sempurna
Yang mampu mewujudkan apa yang kau mau
Mampu memberikan segalanya untukmu
Namun aku adalah seseorang yang selalu ada untukmu
Selalu mendengarkan setiap tawa dan isak tangismu
Memberikan seutas senyum dan sebelah bahuku untukmu
Sahabat
Jangan pernah takut atas sebuah rintangan Ingatlah,
Aku orang yang selalu ada dibelakangmu
Yang selalu mendorongmu saat kau terjatuh
Saat kau patah semangat
Sahabat
Aku akan memberikan seutas senyuman untukmu
Memberikan setiap kebahagiaan untukmu
Dan mungkin disaat kesedihan datang untukku
Aku akan berusaha dan terus berusaha untuk memberikan senyum itu
Walau aku tak mampu
11. Tentangku dan Mereka
Ketika kesunyian menyapa,
angin malam berhembus, membuatku terdiam
Sepi…
Tak ada manusia
Dan ketika pagi menyapa,
aroma embun menyusup penciumanku
Tenang, sejuk…
Menciptakan semangat baru dalam jiwaku
Dengan bismillah, ku memulai hariku
Saat sebuah senyuman menyapa pagiku, aku terkesima
Begitu indah ciptaan-Mu ya Rabb…
Jujur,
Aku mengagumi senyuman itu Hari-harikupun penuh warna
Rona-rona kegembiraan selalu hadir dalam hidupku
Saat hujan tercurah ke bumi, rasanya aku ingin menangkap butir-butir bening itu
Saat angin menerbangkan dedaunan,
aku ingin terbang bersama mereka
Ingin sekali kukatakan pada hujan, pada angin
Bahwa aku bahagia, disini
Tetapi, suatu ketika tetes demi tetes tinta hitam merusak hari-hariku
Pedih…
Berbagai peristiwa diiringi problema kujalani
Menyayat hati, meremukkan jiwa
Aku lemah..
Kemudian terpuruk
Berusaha bangkit dan menepis tetes-tetes hitam itu
Tapi percuma!
Aku tetap seperti ini
Terperangkap dalam keramaian yang semu
Sulit kupahami
Berharap ini hanyalah sebuah mimpi,
Mimpi buruk yang hadir dalam tidurku
Tetapi tidak, ini nyata!
Aku berusaha menatap langit, mengingat mereka Sesaat kemudian aku tersadar, bahwa merekalah semangatku
Aku harus bangkit!
Bangkit dari keterpurukan, keterpurukan berantai yang menghantui hati dan pikiranku
Terlintas dalam benak ku seuntai senyuman
Ya, aku ingat!
Senyuman itu, senyuman teduh yang aku kagumi
Tiba-tiba rasa itu hadir lagi, rasa yang mengkudeta hati, menghampakan benakku hingga terasa kosong.
Tapi, kucoba mengabaikan semua itu
Terpikir kembali tentang mereka, dan senyuman itu Sekarang aku yakin!
Aku tidak boleh mengecewakan mereka
Aku harus kuat!
Suatu saat nanti, aku ingin melihat mereka bahagia
Dan suatu saat nanti, aku ingin hidup bahagia bersama senyuman itu,
selamanya…
Semoga tak sekedar harap dan inginku
Hanya Engkau yang Maha Tahu, sedangkan aku hanya makhluk-Mu yang lemah lagi tak tahu apapun jua,
Maka kuatkanlah.
12. Bersamamu Aku Bisa
Ku telah menyadari…
Disini arti ketulusan yang sesungguhnya
Yang tak kudapati di tempat lain
Ku mengerti..
Makna kebersamaan yang sebenarnya Hanya denganmu..
Bukan yang lain.
Disini juga, Tak pernah ada kebohongan, seperti di tempat lain
Semua berjalan jujur, tanpa pura-pura.
Seolah langit tersenyum melihat kita Sahabatku
Engkaulah arti kejujuran yang nyata.
Tawa dan canda terdengar lepas di semua bahagiaku
Kau bagaikan cahaya dalam peluhku,
Tangis pun mengalir pilu di setiap dukaku.
Kurasakan beban itu, bukan apa-apa
Selagi kita bisa berbagi dalam suka dan perih
Sahabatku,
Allah telah mengirim malaikat
Yang bersemayam di jiwamu.
Dengar, dan cobalah resapi arti persahabatan lni.
Kini ku tau mengapa tuhan memilih mu
Tuk hadir diantara tawa dan tangisku
Engkau adalah pilihan dari kehendah-Nya
Sahabatku,
waktu terus berjalan..
Itu artinya,
Aku harus melangkah terus kedepan jalan ini masih sangat panjang
Aku tidah sanggup seorang diri.
Beratnya hidup, harus diperjuangkan
Sahabatku, bersamamu aku hidup. Bersamamu aku bisa!
Bisa melewati berbagai masa kelam.
Tak goyah meski di hadang badai
Tak lenyap ditelan waktu.
Hari ini akan kupaparkan kepada bentang alam,
Bersama kicauan burung,
Bahwa perjalanan ini tak akan sia-sia,
Karena kalian semua..
Sahabat, Yakinlah!
Bersama, kita akan tegah berdiri
Jangan pikul sendiri semua bebanmu,
Biarlah segalanya menjadi milik kita..
Dengan begitu
Gapailah keinginanmu.
Takkan ada yang bisa memisahkan kita.
Untuk selalu bersama.
Kecuali Allah sang pemilih semesta.
Sahabat aku percaya.
Hari lni, esok dan selamanya.
13. Putih Abu Abu
Memori masa itu
Asa seakan menjunjung ke langit bumi
Berpacu bersama ribuan penghuni langit
Menemani angan jejak awal ke disini
Bersama semilir angina di pagi itu
Ku melangkah menapaki tanah ini
Tanah tempat ku meniti
Tempat ku berlatih
Tanah yang begitu indah
Membawa ku ketujuan awalku
Disini semuanya berawal
Awal dari setiap anganku dan inginku dulu
Semuanya kurajut disini
Bersama angan yang tak pasti
Kini telah ku lewati semua masa
Kini ku hanya menunggu
Menunggu kain putih menjadi using
Wahai angin Pengembara
Ceritakanlah padaku akan masa itu Masa putih abu-abu
Masa yang dipenuhi bintang gemintang
Yang beterbangan di angkasa raya
Masa putih abu-abu
Bak kumpulan mata air
Dari telaga suci yang jernih
Yang terus mengalir menuju muara
Muara yang indah nan bahagia
Wahai burung duta suara
Kabarkanlah padaku tentang massa itu
Masa yang telah lalu
Masa putih abu-abu.
CONTOH PUISI TENTANG PERJUANGAN & SEMANGAT
14. Tenggelam | Contoh Puisi Keren
Duduk Ya, aku duduk
Mulai berpikir apa yang ingin kupikirkan
Meski akhirnya yang terpikirkan jauh dari apa yang ingin ku pikirkan
Merenung, ya aku merenung
Merenung apa yang ku pikirkan
Mengapa bisa jauh dari harapan
Harapan akan hal baik yang bisa muncui dari yang kupikirkan
Tenggelam
Ya, aku tenggelam
Tenggelam dalam pikaranku akan hal buruk
Tenggelam dalam luapan ketakutan
Terbenam jauh ke dasar kepengecutan
Mencoba untuk bangkit , tapi gagal
Aku mulai terjebak
Terjebak dalam imajinasi buruk
Atas apa yang ku pikirkan
Terpuruk
Semakin terpuruk Semakin takut
Takut akan keterpurukan dari apa yang dikhayalkan
Geram aku mulai geram, atas semua khayalan rusak diriku
Atas semua keburukan
Atas semua keterpurukan, kepengecutan
Yang menghantui, merasuk, menempel lekat-lekat di pikiranku
pelampung
ya, pelampung
Aku butuh pelampung
Untuk bisa kembali
Ke akar pikiranku
Mencoba menyelamatkan diri
Agar tidak tenggelam di lautan khayalan Yang menghantuiku
Dapat Aku mendapatkannya!
Pelampung, apa yang kubutuhkan untuk keluar dari mimpi buruk ini
Aku mulai mencoba
Mencoba keluar dari khayalan busuk ini
Pelampung pun mulai mengangkat tubuhku ke permukaan
Kubiarkan diriku dibawa oleh pelampungku
Menuju akhir dari khayalanku ini
Lepas
Aku bebas
Aku selamat
Dari pikaran buruk yang membuaat diriku takut dan terpuruk
Aku pun memulainya kembali
Mulai kembali berpikir apa yang ingin kupikirkan
Mengarungi lautan yang lain
Yang tidak membuatku tenggelam kedalam buruknya dasar lautan
Yang tidak membutuhkan pelampung untuk mengarunginya
Yang memberikan diriku Harapan untuk bisa tersenyum lebih indah
Esok hari.
15. Salam Untuk Negeriku yang Malang
Salam aku hanturkan
Salam dari negeri seberang
Untuk negeriku yang malang
Tangisan anak-anak jalanan
Suara rongsokan gitar pengamen jalanan
Juga rintihan pilu pengemis jalanan
Terus berlanjut di tanah ini
Hal yang tidak pernah luput di tanah pertiwi
Sedang di negeri nan jauh
Begitu jarang terdengar melodi serupa
Tapi ada yang lucu di negeri ini
Dibalik tangisan
Dibalik raungan
Dibalik rintihan
Ada layar yang membatasi dunia lain
Layar yang menciptakan gambaran
Melodi yang kusebutkan tadi tak pernah ada
Dibalik layar itu
Bukan tangisan tapi kegirangan
Bukan raungan tapi candaan
Bukan rintihan tapi kemenangan
Inilah kenyataannya Layar yang memisahkan kesenangan dan kesengsaraan
Terkadang aku bertanya-tanya
Apa yang sedang melanda ibu pertiwi?
Tanah ini, yang konon kata nenekku tanah surga
Tapi saying, selalu diliputi luka
Yang konon kata dunia “macan Asia”
Tapi sayang, macannya terkena penyakit kusta dan dusta
Terkadang aku bertanya-tanya
Kemana perginya kekayaah negeri ini?
Laut yang ombaknya membelah kesunyian
Membentang sejauh mata memandang,
Tanah hijau nan subur di bawah khatulistiwa
Tapi belum bisa menghapus luka nestapa rakyatnya
Terkadang aku bertanya-tanya
Ini salah siapa?
Badanku kaku
Hanya berdiri menelan ludah
Melihat kenyataannya
Ku tanya sekecil
Si besar memakan hak kami
Ku tanya si besar
Si kecil tak tau aturan
Aku tercengang, membisu
Terkadang aku membayangkan
Aku adalah si besar
Paling besar dari semua si besar
Kan ku tertibkan si kecil dan kurapihkan si besar
Salam untuk tanah ibu pertiwi
Salam untuk Indonesia
Salam dari negeri seberang
16. Tokoh Bisu
Aku menekuri selubung kehidupan
mengais mimpi di ranjang usang
mengeja satu persatu bingkai yang terpajang
tentang alam semesta dan sederet mimpi
yang hilang di terjang
dengan mata terpejam
aku mendengar musuh-musuh di luar
berbagai suara tangis yang menyeruak
berbagai pesta-pora yang dimainkan
aku hanya bisa diam dalam kebungkaman
aku hanya marah dalam diam
aku tokoh bisu dalam berbagai atraksi manusia
mataku menyorot murka
tapi, mereka terus berpesta ria
tak sedikit pun menoleh iba
aku sosok rapuh yang tenggelam
dalam puing-puing kelumpuhan
jauh dalam lubuk hati
aku ingin berteriak DIAM !!!
menyumpal mulut-mulut mereka
agar duniaku tenang melayang
tak ada lagi kota gemerlap
tak ada lagi nyanyian suram
tak ada lagi pertikaian setan
hanya ada aku, ada aku. . .
yang bertekuk pada harapan yang mengambang
menanti ajal datang dalam kesunyian
sendiri dalam sepiku…
haruskah aku tercipta?
menjadi tokoh bisu dalam skenario-Nya
menatap manusia bersuka ria
sedang aku meredam luka
dibiar terkapar dalam sembilu
aku ingin berteriak keras
menghentikan tawa yang membahana
aku ingin murka
pada sederet mata manusia
namun aku tokoh bisu
ingin daku menyeruak petala langit
mengumpat tentang mereka
serdadu laknat dalam kehidupan
agar tuhan mengutuk
pasangan-pasangan hina dalam belukar
agar tuhan menebas
para peneguk minuman keras
Dunia tak lagi bertasbih pada Ilahi
mereka sibuk mengukir prestasi
dengan hati yang terpahat dengki
dengan corong mata
yang menggeliat dunia
mereka sibuk mengutip rupiah
merangkak di pertepian jalan
hanya mengutip tebaran rizki-nya
pilar lima waktu terabaikan
dunia diperjuangkan
ilah kehidupan semakin edan
Tubuhku mulai ringkih dimakan usia
terjerat dalam kubangan dan keterpurukan
kornea tak mampu menatap sempurna
aliran menyendat di arteri
jantung berdegup tak beraturan
apa ini tanda sebuah kematian ?
mati dalam hati yang menyesak
dalam kemurkaan yang menyala
dengan berbalut bentangan kafan
terkapar dengan sebungkus dendam
mungkin aku menjadi bangkai tahunan
tak menyentuh liang kubur
tak mencium bunga kuburan
tak mendengar sayup Al Quran dan
aku hanya bangkai
bangkai hingga kehancuran dimainkan
Ini aku si tokoh bisu
figuran rapuh dalam lakon drama
hanya menghafal jejalan kehidupan
malam mulai merambat
dingin menyelimuti dunia
jam dinding berdetak
serdadu kerusuhan belum terdiam
andai mereka tokoh bisu
pasti tak menyenandung alunan suram
yang mengguncang telinga
aku ingin tertidur lama
menghembus sisa-sisa kekuatan
tercatat sebagai tokoh bisu
dalam sejarah peradaban
mengikuti langkah garis yang dituliskan
namun aku bisu
hanya bisa mendengar dan melihat
berontak dalam diam
mengupat dalam senyap
aku ingin berlari
berlari pada lapangan tak berujung
tapi aku tak mampu
CONTOH PUISI TENTANG PENYESALAN
17. Penyesalan
Jalan ketikil setapak ini ku lalui
Dengan kaki telanjang
Jiwa kaki kecil itu makin erat memegangi ku
Menembus badai hati yang kelam
Sosok putih itu pun muncul
Terkadang aku bedanya, apakah itu kau ?
Apakah kau sama seperti yang dulu?
Bayangan itu kini menghilang
Aku semakin tersesat
Kabut putih yang lembut
Menyerbak dalam paru-paru yang kering
Dalam ketakutanku
Untaian nafas ini bertasbih
Jalanku masihlah panjang
Tapi ku tak dapat melihat di kegelapan
Hati inipun retak, pecah oleh kesedihan
Air mata kini tak berarti apa pun
Ku lihat dari kejauhan
Bayang putih itu hadir lagi
Berusaha menerangi jalan terjal ku
Menembus semua penderitaan diri
Apa artinya aku menangis ?
Apa artinya kesedihan ini ?
Kama tubuhku telah rusak
Tak ada guna upaya ini
Janin tak berdosa ini akan terus tumbuh
Memakan apa yang ku makan
Meminum apa yang ku minum
Penyesalan hanya datang di akhir waktu
Kata-kata itu yang membekas di dalam hati
Terkurung oleh jeruji yang tak pernah lepas lagi
Tuhan, Maafkan hamba-Mu yang nista ini
Maafkan tubuhku yang kotor ini
Yang penuh akan dosa yang ku perbuat
Ibu dan ayah
Betapa hancurnya malaikat kecilmu ini
Perusak bentengmu yang telah kau ciptakan
Penghancur doa-doamu yang selalu kau hanturkan
Dalam setiap sujudmu
Dalam setiap untaian nafasmu
Wahai ibu &… ayah
Maafkanlah anakmu ini
Baca juga: 25+ Contoh Sambutan Ketua Panitia Keren, Berbagai Acara Lengkap!
CONTOH PUISI SEDIH
18. Goresan Pilu di Tanah Rencong
Tertunduk
Ku terpaku
Di hadapan sebidang tanah membentang
Berselimuti rerumputan
Dihiasi pohon kemuning dan bunga seroja
Pembaringan seribu jasad tak bernyawa
Saksi sejarah
Bukti sebuah peristiwa besar
Yang telah menerpa Bumi Persada Serambi Mekkah Meruntuh asa
Meruah duka
Membuatku tersungkur
Tertabur aroma haru
Tersemai gulir pilu
Tersusup hembusan ketakutan
Kegalauan
Kesedihan
Kegelisahan
Mengingatkanku
Akan hari itu
Di pagi Minggu yang cerah itu
Tatkala gadis-gadis kecil
Bersenda ria bercanda tawa
Di atas hamparan putihnya pasir pantai Bersama Bapak Ibunya
Menyambut ceria mega indah
Tetapi Tuhan telah murka
Akibat ulah tingkah kita
Hingga terhempaskan ujung jari-Nya
Mengguncang sejengkal Tanah Rencong bergumul sejarah
Menimbulkan kebingungan
Ketegangan yang tak terhingga
Tak cukup itu
Ombak yang bergulung santai Menyapa ramah bibir pantai
Berubah beringas
Mencabik
Menjamah Tanah Rencong dengan ganasnya
Melumat habis setiap jengkalan yang ada
Menyisakan puing-puing kejayaan
Reruntuhan cinta
Menghadirkan sebuah tanda Tanya Mengapa ini terjadi?
Mengapa ini harus terjadi di bumi yang penuh kasih dan cinta ini?
Sontak
Sekilas melintas bayang-bayang Firman-Mu Dalam sketsa lamunanku
Hingga menyadarkanku dari kekhilafanku
0… Yang Maha Agung.…
Sungguh janji-Mu telah tiba Rabb
Walau Annaa Ahlal Quraa Aamanuu Wattaqau
Dan sekiranya penduduk suatu negeri Beriman dan Bertaqwa
Lafatahnaa ‘Alaihim Barakaat
Akan Kami limpahkan kepada mereka Berkah
Minassamaa’i Wal Ardh
Dari langit dan bumi
Walaakinna kadzdzabuu
Akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat Kami
Fa akhadznaahum
Maka Kami siksa mereka
Bimaa Kaanuu Yaksibuun
Sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan
Karena itu
Ku ingin teriakkan dalam lubuk hati ini
0. .. Aceh. ..
Kembalilah
Kembalilah seperti dulu
Kala dipenuhi Cinta dan Taqwa
Dan dekaplah kami
Kala kami bersujud kepada-Nya
Dalam pangkuan kedamaianmu. . .
CONTOH PUISI GALAU
19. Janji yang Menyendiri
Dan tak ada yang berani mengubah
ia tetap membeku
menyudut. Sendiri. Terluka
ia tak berani menuntut
merengkuh pada ketakutan dan mereka pun terus berjanji
meski tak satu janji pun terlewati lisan hanya membentuk formasi sesukanya
sonata barispun tak lagi indah
Diam ia tetap memaku
ia tertancap pada dinding kelam
tak ada yang berani mengingat
biar semua pudar oleh sebuah kata “lupa”
mengalir pada hembusan janji yang menyendiri
Apatis luka mengguncang tanya
luka yang selalu membekas
menggiring derap langkah yang terucap
namun janji tetap menyendiri
Tak ada yang memaksa… lembutnya
ia semakin terabaikan
pada janji yang menyendiri
ia mengayuh ke pedalaman rayuan yang rumit
Terombang ambing melolong buana
janji terabaikan menangis, mengalah
la damai dalam lelah
bulir air mata hanya mengantung di ujung daun
membeku dalam kepenatan irama
ia bertafakur sendiri
Tanpa keadaan yang tak pasti
ia takkan mengikuti putaran asa
ketika sedih pun mengajarkan kesetiaan
ia takkan lunak oleh sentuhan lembut air mata
Lewat kata yang keluar dari pena
ada pesan yang tersirat
janji tengah menunduk dalam sepi yang tak bertepi
potongan waktu semakin retak
Dan janji pun terus menyendiri
menyelam dalam janji-janji lain
20 Hidup Adalah Mimpi
Kita hidup selagi melihat matahari
Seakan berpadu hidup dan mimpi
Dan ajaran hidup bagiku begini:
Manusia memimpikan hidup sendiri
Sampai jiwa dan jasad bercerai
Bila sehembus napas akhir hidup segala
Dimana letak keuntungan singgasana
Yang mati pasti punah dan dilupa
Dalam mimpi lainnya yang namanya mati
Mimpi si kaya tentang harta dan takut
Takut kan punah hartanya
Si miskin mimpi tentang serba butuhnya
Tentang segala tangis dan serba sengsara
Mimpi ia yang umurnya meningkat tinggi
Mimpi ia yang munaHk dan punya prasangka
Mimpi ia yang mencaci maki lawannya
Dan aku lihat di skenario dunia ini
Orang mimpi berdasarkan watak sendiri
Dan impian sendiri tiada yang tahu
Juga aku mimpi dan melihat
Aku mimpi dan diikat dengan ramai
Dan aku mimpi bahwa deritaku kini
Apakah hidup? Kisah yang cepat tamat
Apakah hidup? Suatu kegilaan sesaat
Suatu bayangan benda khayali
Dan sebesar-besar baik, kecil hakikatnya
Dan impian itu sendiri adakah suatu mimpi
21. Kesempurnaan yang Hilang
Pada malam yang hitam
Pada cahaya yang terbenam
Pada matahari yang menghilang
Pada bulan yang mengalahkan bintang -bintang
Sunyi
pikiran yang terbiasa sunyi
Terbangun mengingatMu
Mengingat rasa sakit
Rasa sakit yang menyirami seluruh raga ini
Rasa sakit yang membasahi jiwa
Rasa sakit yang dilukiskan pada hati
Malaikat kesempurnaan yang Engkau kirimkan untukku
Sempurna
Seakan matahari terbenam takkan mengintip kembali
Malaikat yang menjaga diri ini
Ketika tertidur
Ketika terjaga Ketika menghirup harumnya dunia
Malaikat yang selalu hadir ketika sakit
Ketika terkulai melepaskan nikmatnya alam ciptaanMu
Entah kemana kesempurnaan itu
Menghilang
Dimana malaikat itu?
Malaikat yang Engkau janjikan untukku ?
Buncahan menyelinap mengatakan insan lain yang merebutnya dariku
Dilema
Membisu
Seperti lukisan yang takkan menjadi nyata
Rasa yang kini dirasakan hanya sang Maha Esa yang menyaksikan
Kini malaikat itu pergi
Dari kesempurnaan yang ditorehkan dahulu
Memudar
Menghilang
Tak tampak seakan diselimuti jutaan tahun silam
Kehampaan menghantui
Menghampiri segenap hati ini
Menyelimuti seluruh kesempurnaan
Menyembunyikan kebahagiaan
Hanya sakit yang dapat diserukan
Jiwa dan raga rapuh
Rapuh yang disirami kecemburuan
Rapuh yang menjadikan kepingan yang takkan menyatu
Hingga satu insan pun membisu
Malaikat pun takkan tahu
CONTOH PUISI RELIGI
22. Senja
47 Detik yang indah
Hampir sempurna senja mengkhatamkan hari
Hanya menyisakan semburat jingga yang menggantung di langit-Iangit menjelang masa
Lengkap dengan hiasan serombongan burung dalam satu formasi yang indah
Menari-nari dalam kepakan sayap mereka yang lincah
Ikut menikmati senja menjelang masa
Perjalanan pulang yang indah bukan…?
Namun siapalah yang tahu akan kehidupan sempit mereka
Berangkat, pergi bersama mengisi hari dalam 1 irama dengan 1 barisan formasi yang indah
Dan kembali dengan 1 formasi yang adakalanya bertambah
Terkadang dengan kawanan yang berkurang, ada pula yang tidak kembali..
Tidak ada irama kepiluan yang terhembus
Yang ada hanya tatapan tajam ketegaran
Yakin bahwa hidup harus berlanjut dalam bentuk apapun
Yakin akan menjemput hari esok yang lebih baik
Selalu merasa cukup, bertasbih padaNya dalam setiap kepakan sayap
Keyakinan hidup yang terlalu sederhana
Meniti hidup yang lebih bermakna walau dalam jangka waktu yang sempit
Sama halnya dengan senja sore ini
47 detik yang mengandung berjuta makna, beribu cerita
Sayang hanya sebagian kecil manusia yang ikut menikmati, belajar dari proses alam
Sepi, semburat jingga itu telah pergi menjemput malam
Menanti kehadiran sang rembulan
Debur ombak terus berdebum menghantam karang
Mengambil alih suasana
Senyap, hanya semilir angin yang terus berhembus lembut
Menyentuh pipi dari wajah yang membeku di sudut sana
Di antara karang-karang yang beku membatu
Ah apalah bedanya, hanya pahatan wajahnya yang lebih lembut dan indah
Dibanding batu karang yang beku membatu
Menambah sendu suasana…
Apalah yang membuatnya membeku seperti batu
Mungkinkah sama halnya dengan serombongan burung
Yang pergi, dan kembali hanya menyisakan sepasang sayap yang mengepak
Kehilangan…
Dinginnya angin malam keras menusuk dalam daging
Namun lebih keras lagi tusukan kepiluan yang membuncah dalam hatinya
Sudah terlalu larut untuk membiarkan diri terus berlarut-Iarut dalam kepiluan
Langkah gontainya menyambut malam
Wajahnya yang redup, seredup langit malam tanpa bintang, tanpa siraman rembulan
Melangkah pergi, namun tatapan matanya tetap tajam dan tegar , setegar batuan karang
Yakin, hidup harus terus berlanjut dalam bentuk apapun
Hanya dengan 1 keyakinan sederhana
”Bahwa Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”
Suatu penerimaan yang hebat…
Selalu ada cerita indah yang telah terukir, menjemput di masa depan
Dan senja yang tenggelam juga akan bangkit mengulang masa atas seizinNya
23. Putih
Kala fajar
Sejenak khayalanku terlintas sebelum pagi buta hendak menyapa
Meranjakkanku dari lamunan kelam semalam
Yang berkronologiskan misteri
Tatapan yang hanya tertuju pada titik putih
Ya… dia…
Kala pagi
Daun-daun melambai mengibaskan embunnya
Menyambut kicauan nan merdu di sebelah timur
Udara sejuk yang bening mengisi kekosongan putih
Jelmaan putih
Tak bernoda
Terlukiskan banyak cerita dibalik kekosongan itu
Bermoduskan makna yang penuh warna
Kala Siang
Ketika sinar abadi memancarkan teriknya
Bagai kayu api membara
Insan pun berlalu lalang dengan kesibukannya
Desas desus percakapan yang terekam bising
Hanya putih yang tertatap dariku
Lagi lagi dia. . .
Berdatangan bak musim yang bergantian
Namun halnya serupa
Kala senja
Keabadian itu meredup, meninggalkan cahaya yang seiring berganti pada takdirnya
Menyisakan benih-benih putih yang berselisih sepi bersamaku
Mengayunkan pada jelmaan putih itu
Ya… selalu.
Ia Menghampir
Mengiringi waktu yang berlaju tanpa jejak
Entah berbatas?
Kala malam
Angin pun mendayu-dayu
Beralunkan irama bisu yang tak berarah
Menyibak kenangan rahasia ini, yang bertintakan pelangi
Menghalusinasikanku pada jelmaanmu
Yang tertata samar di memoriku
Menguak bayangan-bayangan lalu yang hampir semu
Putih itu..
dia..
Terus.. Selalu
Dan akan selalu ada…
Tapi itu bukan semu
Bukan sosok putih hampa yang terbalut kekosongan
Tapi tercorakkan percikan tinta yang akan menyala
Keyakinanku mendesak!
Merekap mistis yang bergejolak di jiwa sunyi
Dialiri dendam
Terbesit rindu tak jua berujung
Putih itu…
Yang ku kenal sejati
Tak henti merintih dalam hembusan do’aku kepadanya yang Agung
Bukan putih semu
Harapan yang selalu terkepal erat di balik kesucian
Wahai pemilik cinta yang abadi..
ridhailah kesungguhan ini
CONTOH PUISI UNTUK IBU
24. Ajari Aku Untuk Bersyukur
Diriku dan nyawa ini
Dalam sebuah masa menjarah kenangan
Episode-episode cerita terbentang, menjuru ke pelosok ingatan
Gambaran kisah mengundang tawa sesekali
Lepas menggemakan kebahagiaan
Maka nikmat mana lagi yang akan Kudustakan?
Ia, sesosok tubuh dalam balutan cahaya Mu
Lambang kesucian abadi
Seorang wanita beranjak ,bersaing dengan mentari
Meninggalkan roda-roda jalanan yang tertidur
Kembali, bersamaan petang memanggil
Memikul derita tanpa tepi
Haruskah kubalas dengan caci?
Ataukah aku yang tak pernah berbakti?
Jika ingat, Ia yang bertaru nyawa untuk sebuah nafas
Terjaga pada malam-malam panjang
Adakah yang menyamai setia nya?
Maka nikmat mana lagi yang akan Kudustakan?
Kamuflase-kamuflase air mata bermunculan
Tatkala dosa Ku menembus batas sabarnya
Hingga dalam balutan indahnya putih abu-abu
Hidup mendapati sepotong hati yang baru
Masih tetap berdiri dalam diam Mu “Bagaimanajika Ia melupakan Ku?”
Kini gundah membelenggu
Dan kini helaan nafas panjang tertahan
Kaku dalam hentian detak jantung Nya
Tumpah meruahkan penyesalan
Dalam duka di singgasana kegelapan
Terpikir akan sepatah “terima kasih” yang tak kunjung terucap
Diriku dan nyawa ini
Berhutang untuk sebuah kehidupan
Berhutang untuk sebuah nafas
Berhutang untuk sebuah kebahagiaan
Atas nama kebenaran
Sepotong rindu ini pernah tercipta
Untukmu, bunda terima kasih telah mengizinkan lekuk jiwa Mu kutempati
Baca juga:
6 Puisi Ibu & Ayah Tersedih (Puisi Untuk Ibu & Ayah)
Sering Bertengkar Dengan Ibu? “Semangkuk Bakso”, Coba Baca Cerita Pengorbanan Seorang Ibu Ini!
Pingback: 10 Cerita Umar Bin Khattab Sangat Menginspirasi | CERITA BUMI
Pingback: 5 Jurusan Kuliah Terfavorit Dengan Prospek Kerja Sangat Bagus! | CERITA BUMI
Pingback: Cerpen Tentang Sahabat dan Cinta “Suratan Takdir” | Bhembook
Pingback: 100+ Kumpulan Kata Mutiara Arab Keren, Terlengkap!