Cerpen Tentang Sahabat – Bulan yang bersinar begitu indah, ditambah dengan sejuknya angin yang sepoi-sepoi membuat tubuhku merasa nyaman . Di lantai atas teras rumah ini ku ini, aku dapat menikmati indahnya bulan yang bersinar, dengan segelas teh yang dapat menghangatkan tubuh ini. Teras ini tidak begitu besar, hanya berukuran 3×3 m.
Tapi ini tempat favoritku untuk menenangkan pikiran dan meluahkan segala kelelahan. Bila di pagi hari aku dapat melihat bangunan yang berdiri kokoh menjulang ke langit, hamba Allah yang sibuk dengan aktivitasnya pun dapat ku perhatikan dari sini.
Terkadang aku terhanyut dalam lamunanku yang tak tahu arah kemana. Sesekali senyuman ini aneh menyapaku. Teringat pada masa dimana aku merasakan seakan hidup ini gelap. Dan andai aku tak bersamanya mungkin bahagia ini takkan pernah ku rasa dalam hidupku.
“Sedang apa sendirian disini?”, ujarnya. Aku terkejut dan bangun dari lamunanku.
Namaku Zahira Luqman, aku anak satu-satunya dalam keluargaku, ayahku bemama Luqman dan Ibu bernama Wardah. Aku terlahir dalam keluarga yang baik dan sederhana, didikan Ayah kepadaku termasuk keras, banyak larangan yang ayah terapkan padaku. Aku anak rumahan yang diizinkan keluar hanya untuk hal yang berkepentingan saja. Selain dari sekolah dan mengaji ayah jarang memberiku izin keluar.
Saat ini aku duduk di kelas 3 MTsN. Ayah menyekolahkanku di MTsN Pelita Bangsa. Sekolah tersebut tidak begitu jauh dari rumahku. Pulang dan pergi Ayah lah yang menjemput. Sudah 2 tahun aku lalui masa remajaku dengan penjagaan yang ketat dari orangtuaku. Tapi itu tidak masalah bagiku, aku malah bahagia karna orangtua yang sangat menyanyangiku.
Masa-masa sekolahku terasa begitu cepat. buktinya saja saat ini aku hampir menyelesaikan pendidikan Madrasah Tsnawiyah ini dengan masa remaja yang biasa-biasa saja. Hingga akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, dimana hari pengumuman kelulusan. Alhamdulillah aku lulus dengan nilai yang baik.
Aku dan teman-teman bersorak gembira, tertawa. menari dan ada yang mencoret-coret baja. Segala tingkah mereka lakukan untuk merayakan hari kelulusan. Hari dimana seragam biru akan diabadikan dan akan digantikan dengan seragam putih abu-abu.
Seragam putih abu-abu sudah bergantung di lemariku. Hari ini adalah hari pertama aku masuk ke SMA. Aku menyambung sekolahku ke SMA Anak Negri. Pukul 07.15 aku sudah bersiap-siap dan bergegas berangkat ke sekolah.
Saat sampai di depan gerbang sekolah aku menyalami Ayah dan langsung melangkahkan kaki di pekarangan sekolah. Di SMA ini aku menemukan jiwa yang baru, aku melihat gedung sekolah yang berdiri kokoh, dengan warna gedung putih dan dipadukan dengan biru dongker.
Anak-anak di sekolah ini juga kelihatan rapi, ramah, dan sopan. Larut dalam lamunan, tiba-tiba aku mendengar suara pengumuman yang mengarahkan siswa baru untuk langsung menuju ke Aula. Lalu aku bergegas menuju ke Aula. Setiba disana aku menemukan teman-teman yang baru. Aku mendapat teman bernama Nila, setelah beberapa saat berbincang-bincang dengannya, tiba-tiba suara microphone berbunyi.
“Assalamualaikum semuanya, selamat datang di SMA Anak Negri ini”
Melihat seseorang berdiri di atas mimbar rasanya aku ingin mengetahui siapa itu. Pakaian yang dikenakannya rapi, orangnya berkulit putih, hidungnya mancung, berkulit sawo matang, dan tinggi. Aku langsung bertanya pada Nila siapa itu. Nila menjawab kalau itu adalah Ketua OSIS di SMA Anak Negri ini.
Wajarlah, penampilannya begitu. Setelah bubar dari ruangan aula kami di arahkan untuk menuju ke ruang kelas, kelasku kali ini bewarna coklat muda, kelas ini diisi oleh 34 siswa, hari ini dan 3 tahun kedepan aku akan berada di sini untuk belajar.
Hari ke hari, tahun ke tahun tak terasa aku sudah menginjak kelas 2 SMA. Di kelas 2 ini kami wajib memilih organisasi. Tapi aku belum tau organisasi apa yang harus ku ambil. “Organisasi apa yang akan kau pilih?”, Tanya Nila padaku.
“Aku akan memilih Rohis”, jawabku.
“Apa kau tak menyesal ? Bang Ahmad kan di OSIS”, Nila meledekku, sambil tertawa geli.
Aku hanya melihatnya aneh dan pergi meninggalkannya di meja kantin, lalu Nila mengejarku sambil tertawa geli.
Bang Ahmad adalah ketua OSIS yang pernah aku tanyai dulu. Sekarang bang Ahmad melanjutkan pendidikan Sarjana nya di Madinah. Dia anak yang cerdas dan alim. Saat aku telah resmi menjadi anggota rohis jadwalku menjadi lebih padat lagi. Ketua rohis tahun ini seleting denganku.
Namanya Firdaus Zafran, sering dipanggil Daus. Dia lelaki yang baik, sopan, kulitnya putih dan memakai kacamata. Cocoklah untuk dijadikan ketua organisasi ini. Di organisasi ini kami banyak mendapat ilmu tentang Islam. Banyak kajian-kajian Islami yang sering kami dengar di organisasi ini.
Sebelum masuk ke organisasi ini kami harus mengisi formulir terlebih dahulu, ini bertujuan untuk mendata seluruh anggota.
Setelah mengerjakan PR aku membuka e-mail untuk mengobrol dengan teman-teman yang sedang online, saat sedang asik melihat pesan dari teman ku. tiba-tiba masuk obrolan baru dari e-mail yang belum tercantum di daftar teman.
ZFrd: Assalamu’alaikum, ini zahira kan? Oh, ya, aku Cuma mau kasih kabar ke kamu kalau besok kegiatan rohis ditiadakan ya. Syukran
Setelah membaca e-mail tersebut hatiku berdegub kencang, hanya diam yang dapat kulakukan. Karena setelah ku ingat besok hari kegiatan rohis memang tidak ada, jadi apa maksud e-mail yang Firdaus kirim ini. Segala macam pertanyaan menghampiriku malam itu.
Beberapa hari berlalu begitu saja. Setelah mendapat e-mail dari Firdaus, aku malah malas bertemu dengannya. Kadang-kadang aku pun jarang mengikuti kajian-kajian di rohis. Dan aku mendapat kabar dari Nila bahwa Firdaus menanyaiku. Apa maksud dari semua ini? Dari mana dia mendapat e-mail ku? Darimana dia tau tentangku? Aku berharap semoga ini hanya sebuah gurauan belaka.
Setelah satu semester berlalu, aku memutuskan untuk tidak mengikuti kegiatan rohis lagi. Karena aku mau fokus untuk ujianku, dan mau mendapatkan nilai yang bagus, sehingga mudah mendapatkan undangan ke Perguruan tinggi.
Saat aku sedang mencoret-coret kertas dia atas meja sambil menuliskan target untuk ke depan tiba-tiba Nila mengejutkanku, aku pun terkejut dengan raut wajah yang tak menentu.
“Kau hampir saja membunuhku Nila,” jawabku ketus.
“Maaf-maaf deh, aku kan cuma bercanda Ra,” jawabnya sambil senyum-senyum aneh.
“Kok kamu senyum-senyum gitu sih? Lagi bahagia ya?” tanyaku.
“Oh gak kok. Eh aku punya sesuatu nih buat kamu, dari Firdaus.” Nila menjawab sambil memberikan sebuah surat.
Aku terkejut mendengarnya, langsung saja ku ambil surat tersebut dan membacanya.
Untuk Zahira
Susah untuk memulai darimana, mungkin langsung saja ya, mungkin selama ini kamu merasa terganggu karena aku hadir dalam hidupmu. Aku telah membuat kamu berfikiran akan e-mail yang ku kirimkan. Jujur saja Aku telah lama memerhatikan mu, tentang e-mail, aku mengetahuinya dari formulir rohis mu. Mungkin kita kenal baru beberapa bulan tapi bagiku aku mengenalmu serasa sudah lama. Kalau boleh jujur aku mau menjaga hati ini untukmu.
Semoga kita bisa saling menjaga hati. Aku berharap kau membalasnya.
Salam
Firdaus
Setelah membaca itu Nila tertawa geli, sedangkan Aku masih bingung akan surat ini, aku tidak mengerti apa yang Firdaus tulis. Selama hidupku aku belum pernah mendapatkan surat berisikan tentang hati.
“Nila apa maksud surat ini? ”, tanyaku padanya.
“Aku juga tidak mengerti. Kalau menurut pandanganku sih dia menyukai mu,” jawab Nila sambil tertawa.
“La!“ apa yang harus ku lakukan? ”, aku bertanya pada Nila dengan muka seperti orang kebingungan.
“Menurutku kau katakan saja padanya kalau kau akan memberikan jawaban setelah kelulusan nanti. Kita lihat, kalau dia memang ingin serius padamu, maka dia akan menunggumu”, jawab Nila polos.
“Tapi aku tidak mau pacaran.” Jawabku ketus. “Kan saling menjaga hati saja.” Nila menjawab.
“Oh begitu ya, yasudahlah aku terserah padamu saja. Tidak ada waktu terlalu lama untuk memikirkan hal ini, lebih baik kita pulang, ayo!”, aku pun mengajak Nila pulang dan meninggalkan kelas.
Baca juga: Cerpen Tentang Cinta dan Persahabatan | Sangat Menyentuh
Kertas pengumuman telah tertempel di dinding sekolah. Aku melihat namaku telah tertera di kertas tersebut. Aku pun langsung memeluk Nila. Kami berdua lulus dengan nilai baik. Akhirnya aku dapat menamatkan masa sekolahku dengan nilai yang baik.
Hujan telah membasahi tanah dari tadi sehabis magrib. Suasana malam ini sangat dingin, aku membalut tubuhku dengan sebuah jaket tebal untuk kembali menghangatkan tubuh ini. Dari tadi aku hanya duduk di depan monitor untuk melihat infomasi pengumuman SNMPTN.
Aku memilih perguruan dalam kota karna Ayah dan Ibuku hanya memberikan izin kuliah di sini. Sedang menunggu pengumuman dikeluarkan aku membuka e-mail. Ternyata sudah ada e-mail yang masuk dari Firdaus.
ZFrd :Assalamualaikum zahira.
Zahira : Walaikumsalam. (aku membalas dengan perasaan yang sumo)
ZFtd : Bagaimana dengan surat yang ku kirimkan? Sudah kamu baca?
Zahira : Sudah. (tenyata dia masih menugguku, bisikku dalam hati)
Zhrd : Jujur. aku sudah lama suka padamu. Aku tau kamu anak rumahan maka dari itu aku ingin serius menjalani hubungan ini, aku tidak ingin pacaran. Aku sudah lulus untuk berkuliah di Australia dan besok aku akan berangkat, tapi aku berjanji akan menjaga hati ini dan saat aku sudah menyelesaikan kuliah ku aku akan melamar dan menikahimu, mungkin kau akan tertawa mendengar cerita seperti skenario film yang sudah dirancang, tapi ini serius zahira. Ini bukan omong kosong belaka yang hanya aku ucapkan saja. Tapi ini juga bermain dengan hati. Aku berharap kamu bersedia untuk menjaga hati ini untukku. Maaf aku sudah berani berbicara seperti ini.
Ya Allah apa yang harus ku jawab, tapi tampaknya dia serius menjalani hubungan ini, haruskah aku terima hubungan ini.
Zahira : Apa kamu serius?
ZFrd : Iya aku serius.
Zanim : Iya aku akan menjaga hati ini.
ZFrd : Semoga Allah meridhai hubungan kita sampai membawa kita menjadi lebih baik dan menjadi pasangan yang sah. Aku berharap kamu besok bisa mengantarku.
Zahira: Insyaallah.
Aku bingung atas apa yang sudah aku lakukan. Tapi entahlah. Semoga ini yang terbaik untukku. Hatiku seperti memiliki rasa sama dengan Firdaus. Tapi aku masih bingung atas apa yang terjadi.
Tahun demi Tahun telah berlalu. Ini tahun ketiga yang telah kulewati sendiri tanpa dia, perasaan ini sebenarnya rindu. Kami berkomunikasi hanya dengan e-mail saja. Tapi akhir-akhir ini dia jarang mengirimkan e-mail, aku tidak tahu mengapa. Mungkin dia sibuk. Terakhir e-mail yang masuk kepada 5 bulan yang lalu. Setelah itu dia tidak pernah mengirimkan kabar lagi. Aku selalu berpikiran apakah dia serius menjalani hubungan ini.?, entahlah.
Pagi sangat cerah, burung terbang sambil menyanyi riang. Di saat aku sedang menyapu rumah aku menerima kiriman surat dari pos. Saat aku membuka surat tersebut aku mendapati isinya berupa undangan pernikahan, di sana tercantum nama Firdaus dan Marry. Apa maksud ini semua? Aku pun langsung membuka surat yang ada di balik undangan.
Teruntuk Zahira
Zahira aku meminta maaf kalau aku mungkin telah menyakiti hati mu, tapi aku tidak bermaksud demikian. Aku tidak tau kalau ini semua akan terjadi, aku telah melakukan sebuah pelanggaran di sini, dan sebagai ganjarannya aku harus menikahi seorang anak bangsawan di sini. Bila aku menolak aku akan dipenjara seumur hidup. Untuk masalah yang sedang ku hadapi aku tidak bisa memberitahu mu, maaf atas segala kesalahanku ya Zahira. Aku berharap kau dapat memaafkanku. Semoga kau sehat selalu dan mendapatkan pengganti yang lebih baik dariku
Salam
Firdaus
Selepas membaca surat ini, rasanya bumi ini gelap. Nafasku terhenti, seakan oksigen yang ku hirup sudah habis. Tulang ku menjadi lemas. Apa ini balasan dari penantianku 6 bulan terakhir ini. Ya Allah mengapa dari dulu aku tidak sadar akan hal ini? Dan mengapa harus sekarang aku mengalami ini semua, disaat aku sangat menyayanginya. Mungkin inilah jalan hidup yang sudah ditakdirkan untukku.
Setahun berlalu, perasaan ini masih saja tersisa, hari ini genap aku berumur 23 tahun dan hari ini Ayah mau menjodohkan ku dengan seorang Ustadz muda yang sering menjadi Imam di Mesjid di daerah ku. Aku hanya memasrahkan diri. Tapi mungkin ini jalan yang terbaik.
Saat bertemu dengan orang tersebut, ternyata itu adalah bang Ahmad yang dulu menjadi ketua OSIS di SMA ku, Aku terkejut melihatnya, sungguh di dunia teramat kecil, hamskah aku berjumpa lagi dengan orang yang pernah aku kenal sebelumnya?. Aku hanya bisa terdiam, hanya menunggu kelanjutan dari kisah ini.
Tiga bulan setelah ta’aruf akhir nya aku dan bang Ahmad menikah mungkin ini lah jalan terbaik yang Allah rencakan untuk, kenangan yang dulu perlahan sirna, beberapa bulan setelah menikah kami dikaruniakan seorang anak laki-laki, itulah lika-liku kehidupanku.
Di suatu malam, di saat sedang duduk bersantai di teras,
“Sedang apa sendirian disini?” Tanya bang Ahmad.
“Oh, aku sedang menenangkan pikiranku.” Jawabku .
“Ayo masuk, sudah malam.” Bang Ahmad mengajakku masuk ke dalam Kamipun bergegas meninggalkan teras yang berada di lantai atas rumahku.
Kisah ku hanya aku dan Allah yang tau, takdir sudah tertulis, kita hanya berusaha menjadi yang terbaik dan mencari jalan yang terbaik dalam hidup ini.
Baca juga:
KKN Unsyiah, Pengalaman Seru Kuliah Kerja Nyata di Aceh Jaya
20+ Contoh Puisi Baru (Modern) Terkeren, Tentang Cinta, Romantis, Sahabat & Kesedihan, Lengkap!
Pingback: 20+ Contoh Puisi Baru (Modern) Terkeren, tentang Cinta, Romantis, Sahabat & Kesedihan, Lengkap! | CERITA BUMI
Pingback: 6 Puisi Ibu & Ayah Tersedih (Puisi Untuk Ibu & Ayah) | CERITA BUMI
Pingback: 24 Contoh Puisi Keren, Tentang Cinta dan Sahabat Lengkap!
Pingback: 6 Puisi Tentang Ibu dan Ayah yang Sangat Menyentuh
Pingback: 6 Puisi Tentang Ibu dan Ayah yang Sangat Menyentuh